Istilah “sampah seseorang adalah harta bagi orang lain” mungkin benar. Perusahaan Re-Tem di Tokyo, juga banyak perusahaan Jepang lainnya, terjun dalam bisnis ”tambang kota”, yaitu mengumpulkan logam langka dan mineral dari sampah elektronik.
Jepang sedang mencari alternatif dari ancaman kekurangan logam, terutama karena China telah melarang ekspor logam langka ke Jepang selama perseteruan diplomatik. China juga telah memotong sebanyak 30 persen kuota ekspor logam langkanya untuk tahun 2011.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional memperkirakan tumpukan sampah perkotaan di Jepang terdiri dari setidaknya 10 persen logam dan cadangan mineral dunia. Ia juga berpotensi mengandung jumlah yang sama dalam logam langka.
[Yoshiko Yamamoto, Peneliti, Re-Tem Corp]:
"Tambang perkotaan umumnya terdiri dari peralatan rumah tangga. Ada banyak logam magnetik dan logam langka didalamnya. Kami sedang meneliti bagaimana untuk mengekstraknya secara efisien, mendaur ulang mereka, termasuk logam berharga lainnya didalam peralatan rumah tangga.”
Bagaimanapun, proses daur-ulang ini tidaklah murah. Kini pemerintah Jepang berusaha mengubahnya dengan menginvestasi besar-besaran dalam penelitian daur ulang.
[Yoshiko Yamamoto, Peneliti, Re-Tem Corp]:
"Teknologi daur ulang, termasuk proses perantara, masih dalam pengembangan dan belum siap sebagai industri. Jumlah peneliti akan mulai meningkat dari sekarang dan saat itu terjadi, kita akan melihat kemajuan teknologi, dan lompatan dalam industri daur ulang. Industri ini merupakan bidang yang berkembang."
Pemerintah Jepang telah berjanji menambah anggaran sebesar 1,2 miliar dolar AS untuk penelitian, pasokan baru dan penyetokan logam langka.
Unsur logam langka dapat diaplikasikan di berbagai teknologi dan industri, misalnya baterai, komputer, dan senjata. Lebih dari 97 persen pasokan dunia berasal dari China. Setengah darinya diekspor China ke Jepang, hingga Jepang akan sulit mempertahankan produk teknologi tingginya tanpanya.
Saat ini banyak proyek tambang baru diluar China, namun mereka sulit bersaing dalam hal harga.
English Version Click Here Istilah “sampah seseorang adalah harta bagi orang lain” mungkin benar. Perusahaan Re-Tem di Tokyo, juga banyak perusahaan Jepang lainnya, terjun dalam bisnis ”tambang kota”, yaitu mengumpulkan logam langka dan mineral dari sampah elektronik.
Jepang tengah mencari alternatif dari ancaman kekurangan logam, terutama karena China telah melarang ekspor logam langka ke Jepang selama perseteruan diplomatik. China juga telah memotong sebanyak 30 persen kuota ekspor logam langkanya untuk tahun 2011.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional memperkirakan tumpukan sampah perkotaan di Jepang terdiri dari setidaknya 10 persen logam dan cadangan mineral dunia. Ia juga berpotensi mengandung jumlah yang sama dalam logam langka.
[Yoshiko Yamamoto, Peneliti, Re-Tem Corp]:
"Tambang perkotaan umumnya terdiri dari peralatan rumah tangga. Ada banyak logam magnetik dan logam langka didalamnya. Kami sedang meneliti bagaimana untuk mengekstraknya secara efisien, mendaur ulang mereka, termasuk logam berharga lainnya didalam peralatan rumah tangga.”
Bagaimanapun, proses daur-ulang ini tidaklah murah. Kini pemerintah Jepang berusaha mengubahnya dengan menginvestasi besar-besaran dalam penelitian daur ulang.
[Yoshiko Yamamoto, Peneliti, Re-Tem Corp]:
"Teknologi daur ulang, termasuk proses perantara, masih dalam pengembangan dan belum siap sebagai industri. Jumlah peneliti akan mulai meningkat dari sekarang dan saat itu terjadi, kita akan melihat kemajuan teknologi, dan lompatan dalam industri daur ulang. Industri ini merupakan bidang yang berkembang."
Pemerintah Jepang telah berjanji menambah anggaran sebesar 1,2 miliar dolar AS untuk penelitian, pasokan baru dan penyetokan logam langka.
Unsur logam langka dapat diaplikasikan di berbagai teknologi dan industri, misalnya baterai, komputer, dan senjata. Lebih dari 97 persen pasokan dunia berasal dari China. Setengah darinya diekspor China ke Jepang, hingga Jepang akan sulit mempertahankan produk teknologi tingginya tanpanya.
Saat ini banyak proyek tambang baru diluar China, namun mereka sulit bersaing dalam hal harga.
English Version Click Here Istilah “sampah seseorang adalah harta bagi orang lain” mungkin benar. Perusahaan Re-Tem di Tokyo, juga banyak perusahaan Jepang lainnya, terjun dalam bisnis ”tambang kota”, yaitu mengumpulkan logam langka dan mineral dari sampah elektronik.
Jepang tengah mencari alternatif dari ancaman kekurangan logam, terutama karena China telah melarang ekspor logam langka ke Jepang selama perseteruan diplomatik. China juga telah memotong sebanyak 30 persen kuota ekspor logam langkanya untuk tahun 2011.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional memperkirakan tumpukan sampah perkotaan di Jepang terdiri dari setidaknya 10 persen logam dan cadangan mineral dunia. Ia juga berpotensi mengandung jumlah yang sama dalam logam langka.
[Yoshiko Yamamoto, Peneliti, Re-Tem Corp]:
"Tambang perkotaan umumnya terdiri dari peralatan rumah tangga. Ada banyak logam magnetik dan logam langka didalamnya. Kami sedang meneliti bagaimana untuk mengekstraknya secara efisien, mendaur ulang mereka, termasuk logam berharga lainnya didalam peralatan rumah tangga.”
Bagaimanapun, proses daur-ulang ini tidaklah murah. Kini pemerintah Jepang berusaha mengubahnya dengan menginvestasi besar-besaran dalam penelitian daur ulang.
[Yoshiko Yamamoto, Peneliti, Re-Tem Corp]:
"Teknologi daur ulang, termasuk proses perantara, masih dalam pengembangan dan belum siap sebagai industri. Jumlah peneliti akan mulai meningkat dari sekarang dan saat itu terjadi, kita akan melihat kemajuan teknologi, dan lompatan dalam industri daur ulang. Industri ini merupakan bidang yang berkembang."
Pemerintah Jepang telah berjanji menambah anggaran sebesar 1,2 miliar dolar AS untuk penelitian, pasokan baru dan penyetokan logam langka.
Unsur logam langka dapat diaplikasikan di berbagai teknologi dan industri, misalnya baterai, komputer, dan senjata. Lebih dari 97 persen pasokan dunia berasal dari China. Setengah darinya diekspor China ke Jepang, hingga Jepang akan sulit mempertahankan produk teknologi tingginya tanpanya.
Saat ini banyak proyek tambang baru diluar China, namun mereka sulit bersaing dalam hal harga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Orang Jepang meki kecil-kecil tapi jenius juga yahh....
BalasHapusInfo yang bagus Om...